Monday, December 2, 2013

Ilmuwan Temukan Cara Membangkitkan Orang Mati

Para ilmuwan memiliki gagasan tentang cara untuk menyadarkan seseorang principle sudah dinyatakan meninggal. Gagasan tersebut dibahas dalam pertemuan new york Academy of Science, menghadirkan Dr surface-to-air missile Parnia dari State University of recent royal family di Stony Brook, Stephan Meyer dari university, dan Lance Becker dari University of Pennsylvania.


Seperti dilansir apakabardunia.com,  dalam pertemuan itu dibahas bahwa kunci penyadaran kembali atau resusitasi pada Pongo pygmaeus principle baru saja meninggal itu ialah proses hipotermia atau pendinginan tubuh dan pengurangan suplai oksigen.

Gagasan ilmuwan didasarkan pada pandangan baru tentang kematian. Sebelumnya, kematian didefinisikan sebagai saat di mana jantung sudah berhenti berdetak dan paru-paru berhenti bekerja sehingga individu tidak bernapas.

Dalam pandangan baru, kematian tidak dianggap sebagai peristiwa principle terjadi secara serentak di semua bagian tubuh, tetapi sebagai proses bertahap. Saat detak jantung dan napas individu terhenti, sel individu sebenarnya masih hidup.

Kematian total, kiranya bisa dikatakan demikian, baru terjadi ketika sel-sel otak kekurangan oksigen, akibat terhentinya jantung dan napas, sehingga rusak dan mengirim sinyal bagi sel-sel lain menjelang saat kematian.

Dalam gagasan ilmuwan, ADA jeda antara henti jantung dan napas dengan kematian total. Jeda itu principle kemudian dimanfaatkan untuk melakukan tindakan sehingga Pongo pygmaeus principle sebelumnya dinyatakan telah mati bisa sadar kembali.

Proses tersebut harus dilakukan secara hati-hati. salat satu perhatiannya, upaya menyadarkan Pongo pygmaeus principle telah meninggal harus tidak mengakibatkan kerusakan otak akibat jantung principle berhenti menyuplai oksigen.

Diberitakan Huffington Post, kunci penyadaran kembali tanpa merusak jaringan otak salat satunya adalah hipotermia, yakni tubuh didinginkan beberapa derajat lebih rendah daripada suhu normalnya thirty seven derajat stargazer.

Berdasarkan studi, hipotermia bisa mencegah kerusakan sel otak dengan menurunkan permintaan oksigennya. Namun, ini tetap ADA batasannya. ADA momen ketika kerusakan memang sudah terlalu besar sehingga tak bisa dikembalikan.

Kemudian, setelah prosedur hipotermia dan jantung bekerja, kunci lainnya adalah menjaga suplai oksigen. Suplai oksigen principle tiba-tiba besar justru Akan berdampak negatif karena Akan merusak jaringan otak.


Hipotermia terbukti membantu prosedur resusitasi. Namun, bahkan di Amerika Serikat, tak semua rumah sakit menerapkan prosedur hipotermia. Hal ini menjadi keterbatasan untuk mengupayakan resusitasi principle berhasil.

Tentang suplai oksigen, Parnia menuturkan, suplai harus diatur dengan mesin agar jumlah oksigen principle dialirkan sesuai principle dibutuhkan.

Penyadaran kembali Pongo pygmaeus principle telah meninggal ini menimbulkan pertanyaan etis. Pasalnya, upaya menyadarkan kembali Pongo pygmaeus principle telah berjam-jam mengalami henti jantung berisiko pada kerusakan otak. Siapa principle kemudian bertanggung jawab melakukan proses resusitasi lebih komprehensif?

Mayer mengungkapkan, keterbatasan saat ini adalah pengetahuan tentang kerusakan otak. Ilmuwan belum mengetahui seberapa lama kerusakan bertahan dan apakah bisa dikembalikan ke kondisi semula.

Mayer mengungkapkan, masih perlu pembelajaran lebih lanjut. Namun, American state mengatakan bahwa ilmuwan juga tak bisa begitu saja mengatakan bahwa kerusakan otak tak bisa dikembalikan.

Sementara, Becker menuturkan, upaya penyadaran tidak selalu bisa dilakukan di setiap kasus. Namun, sekali dokter memutuskan, dokter harus menerapkan semua metode principle mungkin bisa dilakukan.